(by:  Mickey Michael Louise)
Sebuah Ekplorasi

I
Cinta adalah gerimis yang membawa daun-daun kering kembali kepada nostalgia hijaunya musim semi, meninggalkan mereka terkulai di pinggir jalan untuk robek terinjak. Kapan turun hujan deras yang menggiring jasad-jasad ke selokan lalu bermuara di laut, biar mereka puas menenggak air yang kini hambar?

II
 Cinta adalah rumah duka yang menyemayamkan ego, harga diri, dan keinginan-keinginan hati: lorong-lorong panjang yang bergaung dengan isakan dan lagu-lagu ratapan teman dan keluarga yang tertinggal.

III
Oh happy, happy hemlock! Let us toast to reason!
He bids us goodbye at the gates of love's banquet!

IV
Kita belajar untuk menanggalkan harga diri atas nama cinta, untuk berenang telanjang di padang belukar bunga mawar.

Kita belajar untuk menatap dengan tersenyum kelumpuhan kita yang tidak bisa merangkul ketika dia di sisi, yang tidak bisa lagi menangis ketika dia pergi, yang terlalu gagu untuk berbicara atas nama cinta.

Kita belajar untuk mengagumi apa yang tidak bisa dimiliki, untuk puas melihat sosok yang melangkah pergi, untuk menenggak gambaran dirinya yang membekas di kotak memori. Dia selalu tersenyum disana, selalu disempurnakan imaji atas nama cinta.

Kita belajar untuk menahan derai tangis yang siap membobol tembok-tembok hati, guruh cacian akan keterbatasan diri dan ungkapan-ungkapan kerinduan yang ribut menghantam bui-bui mulut. Kalau saja kita bisa mengucapkan dengan jujur perasaan yang ada di hati atas nama cinta.

Kita belajar untuk menikmati bunga-bunga yang mekar disuapi kebahagiaan, untuk tertawa bersama pasangan baru yang saling tergila-gila, yang dengan lembut saling menatap, yang tak mau pergi dari keheningan yang tercipta untuk mereka berdua, yang tak butuh lagi kata-kata untuk berbincang atas nama cinta. Kita belajar untuk tidak bulat-bulat ditelan iri ketika tandus kerikil menyambut kita di pintu rumah.

Kita belajar untuk memetik senar-senar gitar dengan jemari yang sudah terluka, untuk melantunkan lagu-lagu atas nama cinta hingga tenggorokan kita terkikis hangus.
(Biarkan! Biarkan merah menetes meronai nada-nada yang berdentang).

Cinta adalah proses amputasi diri demi membiarkan ranting-ranting asing punya tempat untuk tercangkok dan mendarah daging.

V
Kepergiannya mendekat, berarak dengan decit sepatu boots waktu yang tanpa ampun maju menginjak aspal asa dan harapan yang masih tertinggal, keinginan-keinginan hati yang belum terwujud.

Kalau saja waktu bisa sejenak berhenti untuk mengisap rokok atau menyeruput kopi. Kalau saja waktu bisa jatuh terjungkal sehingga harus maju dengan terseret-seret merangkak.

Epilog
Cinta membuat kita menyadari betapa kecilnya kita di hadapan semesta, betapa mudah keinginan hati terbuai, betapa cepat musim semi di dada gugur menjadi sedu sedan.

Cinta membawa kita ke pinggiran sungai surgawi yang terteduh dari waktu yang berdetak, dimana kita akhirnya bisa melepaskan karung-karung emosi dibawah naungan dahan-dahan iman dan minum dari sumber air yang tidak lagi surut di kala kemarau, yang tidak lagi bergolak digusur badai.

Hati kita berlabuh dan menjadi puas.

date Selasa, 07 Desember 2010

0 komentar to “catatan kecil kawanku..”

Leave a Reply: